Senin, 06 Mei 2013

Perbedaan Frase, Klausa, dan Kalimat



1.     Pengertian Frase
Frase merupakan gabungan  dari dua kata atau lebih yang tidak terikat oleh subjek dan predikat.
Contoh : di kantor, rumah makan, rumah sakit.
1.1 Jenis-jenis Frase
A.    Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
·     Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
            Misalnya: kakek-nenek, pembinaan dan pengembangan, laki bini , belajar atau bekerja
·      Frase endosentrik  yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
            Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh            frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
·        Frase endosentrik yang apositif : frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
            Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B.     Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
·        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
·         Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
·         Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C.    Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1.      Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
            Misalnya: baju baru, rumah sakit
2.      Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
            Misalnya: akan berlayar
3.      Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
            Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4.      Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
            Misalnya: tadi pagi, besok sore
5.      Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
            Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D.    Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya:
·      Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda :
o   Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
o   Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
2.     Pengertiaan Klausa
Klausa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek dan predikat.
Contoh : dia makan
    s     p
2.1 Jenis-jenis klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa yaitu :
1.      Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
1.  Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P.
2.      Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
3.      Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

2.  Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik  menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
·         Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
                   Contoh : Pasha seorang penyanyi terkenal.
·         Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
                   Contoh : Pasha bukan seorang penyanyi terkenal.


3.      Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1.      Klausa Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
            Contoh : Dia seorang sukarelawan.
2.      Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
            Contoh : Dia membantu para korban banjir.
3.      Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
            Contoh : Adiknya sangat gemuk.
4.      Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
            Contoh : Anaknya lima ekor.
5.      Klausa Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
            Contoh : Sepatu itu di bawah meja.
6.      Klausa Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
            Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
4.      Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
·         Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut.
            Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
·         Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor.
            Contoh : Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
5.      Klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
·         Klausa Atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain.
             Contoh : Ketika paman datang, kami sedang belajar.
·     Klausa Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain.
            Contoh : Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
     3.     Pengertian kalimat
Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.
Contoh : Ayah membaca di taman.
                 s          p             k
      3.1 Jenis-jenis kalimat
·         Kalimat Tunggal
             Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal                                                   Susunan Pola Kalimat
    Ayah merokok.                                                                S-P
   Adik minum susu.                                                            S-P-O
   Ibu menyimpan uang di dalam laci                                  S-P-O-K
·         Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a.   Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b.     Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1)      Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
·    Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
·         Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
·         Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2)      Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
·         Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya:       Diakuinya  hal itu
                           P            S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
·         Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya:       Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
·         Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya:       Mereka sudah mengetahui hal itu.
                           S                   P              O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
·         Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya:       Ayah pulang malam hari
                        S        P           K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
·         Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
4.     Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.       Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat may
or yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
·         Hanya terdiri atas dua kata
·         Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
·         Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
·         Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b.      Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c.       Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat  Inti dan Luas
·         Kalimat Inti.
Contoh: Adik menangis.
·         Kalimat Luas.
Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
        i.   Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas:          Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
      ii.   Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
           iii.      Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
          iv.       Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
5.     Kalimat Mayor dan Minor
a.       Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh:
·         Amir mengambil buku itu.
·         Arif ada di laboratorium.
·         Kiki pergi ke Bandung.
·         Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
b.      Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!, Sudah siap?, Pergi!, Yang baru!
6.     Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas      : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat  : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat     : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
7.     Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.




0 komentar:

Posting Komentar