1.
Pengertian
Frase
Frase
merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak terikat oleh subjek
dan predikat.
Contoh : di kantor,
rumah makan, rumah sakit.
1.1 Jenis-jenis Frase
A.
Frase endosentrik
Frase
endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
· Frase endosentrik yang
koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek,
pembinaan dan pengembangan, laki bini , belajar atau bekerja
· Frase
endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan
panjang, hari libur
Perjalanan,
hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atributif.
· Frase endosentrik yang
apositif : frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak
Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam
frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur
anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak
Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh,
sangat pandai
Susi, …., sangat
pandai.
…., anak Pak Saleh
sangat pandai.
Unsur
Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi
(Ap).
B.
Frase Eksosentrik
Frase
eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya.
Misalnya:
· Siswa kelas 1A sedang
bergotong royong di dalam kelas.
Frase
di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
·
Siswa kelas 1A sedang
bergotong royong di ….
·
Siswa kelas 1A sedang
bergotong royong …. kelas
C.
Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase
Keterangan.
1.
Frase Nominal: frase
yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru,
rumah sakit
2.
Frase Verbal: frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3.
Frase Bilangan: frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir
telur, sepuluh keping
4.
Frase Keterangan:
frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi,
besok sore
5.
Frase Depan: frase
yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman
sekolah, dari desa
D.
Frase Ambigu
Frase
ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan
maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya:
· Perusahaan pakaian
milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau
melunaskan semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda :
o Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
o Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
2. Pengertiaan Klausa
Klausa
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek dan predikat.
Contoh : dia makan
s p
2.1 Jenis-jenis klausa
Ada
tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa yaitu :
1.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir
adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu,
maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut
klasifikasinya :
1. Klausa lengkap ialah
klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi
berdasarkan urutan S dan P.
2.
Klausa inversi, yaitu
klausa yang P-nya mendahului S.
3.
Klausa Tidak Lengkap
yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini
yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur
negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P menghasilkan :
·
Klausa Positif ialah
klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh : Pasha seorang
penyanyi terkenal.
·
Klausa Negatif ialah
klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh : Pasha bukan
seorang penyanyi terkenal.
3.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang
menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1.
Klausa Nomina ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh : Dia seorang
sukarelawan.
2.
Klausa Verba ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh : Dia membantu
para korban banjir.
3.
Klausa Adjektiva ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh : Adiknya sangat
gemuk.
4.
Klausa Numeralia ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh : Anaknya lima
ekor.
5.
Klausa Preposisiona
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh : Sepatu itu di
bawah meja.
6.
Klausa Pronomia ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh : Hakim
memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
4.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi
kalimat
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
·
Klausa Bebas ialah
klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas
memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai
predikat dalam klausa tersebut.
Contoh : Anak itu
badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
·
Klausa terikat ialah
klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor.
Contoh : Semua murid
sudah pulang kecuali yang dihukum.
5.
Klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam
kalimat.
Menurutnya
klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam
kalimat.
·
Klausa Atasan ialah
klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain.
Contoh : Ketika paman
datang, kami sedang belajar.
· Klausa Bawahan ialah
klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang
lain.
Contoh : Dia mengira
bahwa hari ini akan hujan.
3.
Pengertian
kalimat
Kalimat
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.
Contoh : Ayah membaca di taman.
s p k
3.1 Jenis-jenis kalimat
·
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah
kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan
predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan
(objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola
kalimat baru.
Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
S-P
Adik minum susu.
S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam laci
S-P-O-K
·
Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal
yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu
membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di
perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat
pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih
pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis
surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran
(kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan
Bapak membaca koran.
Berdasarkan
sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1)
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara
adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat.
Kalimat majemuk setara terdiri atas:
· Kalimat majemuk setara
menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan
sebagainya.
Misalnya: Sisca anak
yang baik lagi pula sangat pandai.
·
Kalimat majemuk serta
memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum
teh atau Bapak makan nasi.
·
Kalimat majemuk setara
perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat
rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2)
Kalimat majemuk
bertingkat
Kalimat
majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang
diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan
kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat
yang mengalami perluasan dikenal adanya:
·
Kalimat majemuk
bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti
subjek
·
Kalimat majemuk
bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan
gelas itu.
anak kalimat pengganti
predikat
·
Kalimat majemuk
bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
S
P O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti
objek
·
Kalimat majemuk
bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti
keterangan
·
Kalimat majemuk
campuran
Kalimat
majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan
beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola
kalimat.
Misalnya: Ketika ia
duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan
kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk
minum-minum
pola atasan
datang seorang
pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan
kendaraan roda empat
pola bawahan II
4.
Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.
Kalimat inti
Kalimat
inti adalah kalimat may
or yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus
menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
·
Hanya terdiri atas dua
kata
·
Kedua kata itu
sekaligus menjadi inti kalimat
·
Tata urutannya adalah
subjek mendahului predikat
·
Intonasinya adalah
intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau
pergeseran makna laksikalnya..
b.
Kalimat luas
Kalimat
luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga
tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c.
Kalimat transformasi
Kalimat
transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat
syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat
transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat
Inti dan Luas
·
Kalimat Inti.
Contoh: Adik menangis.
·
Kalimat Luas.
Contoh: Radha, Arief,
Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran
matematika.
i. Dengan penambahan
jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii. Dengan penambahan
jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek
kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii. Dengan perubahan kata
urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv. Dengan perubahan
intonasi. Contoh: Adik menangis?
5.
Kalimat Mayor dan Minor
a.
Kalimat mayor
Kalimat
mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh:
·
Amir mengambil buku
itu.
·
Arif ada di
laboratorium.
·
Kiki pergi ke Bandung.
·
Ibu segera pergi ke
rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami
masih berada di sekolah.
b.
Kalimat Minor
Kalimat
minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!, Sudah
siap?, Pergi!, Yang baru!
6.
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka,
jelas, dan tepat.
Jelas
: berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat
dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat
: sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
7.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat
tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif.