Kamis, 28 Maret 2013

BERLIBUR KE PANTAI UJUNG GENTENG


Sebelum liburan tiba, saya dan teman-teman sekelas berencana ingin menghabiskan waktu liburan untuk mengunjungi tempat yaitu pantai ujung genteng, sudah lama acara ini direncanakan, dan teman-teman sangat antusias sekali ingin ikut dalam acara ini. Tetapi apalah daya, sehari sebelum memulai perjalan, banyak teman saya yang mengundurkan diri. Akhirnya, hanya 7 teman saya saja yang ikut dalam liburan ini.
Pukul 04.00 saya memulai perjalanan, dengan penuh rasa senang saya mengawali perjalanan ini. Ditengah perjalanan teman saya ingin bergantian mengemudi karena kelelahan, akhirnya saya yang menggantikan teman saya mengemudi. Ini untuk pertama kalinya saya pergi ke pantai ini dan tempat ini sangat asing sekali bagi saya karena disepanjang jalan hanya telihat hutan yang gelap. Kami bersenda gurau di dalam mobil sepanjang perjalanan untuk menghilangkan perasaan bosan. Karena terlalu asik bersenda gurau dan tidak sengaja saya melihat speedometer ternyata bahan bakar mobil teman saya sudah hampir habis, saya sangat panik karena jarang sekali SPBU didaerah ini, karena jalan yang saya lewati hanya pegunungan dan hutan yang gelap.
Setelah sekian lama saya berjalan, akhirnya saya melihat tempat pengisian bahan bakar dan langsung mengisi penuh tanki mobil saya yang kosong ini agar tidak terjadi kejadian seperti sebelumnya. Setelah selesai mengisi bensin, saya dan teman-teman pun kembali memulai perjalanan. Didalam hati saya selalu bertanya-tanya “mana ujung dari jalan ini? Kapan sampai tempat tujuannya?”.
Tidak terasa sudah 9 jam kami berjalan, dan akhirnya sampailah saya pantai ujung genteng ini. Dengan udara yang dingin dan sedang diguyur hujan, saya beserta teman-teman berteduh disebuah warung. Diwarung itu saya membeli kopi untuk menghilangkan rasa dingin yang menusuk tulang ini. Sesaat saya mengecek mobil ternyata teman-teman saya sudah tertidur lelap karena kelelahan dengan perjalanan yang jauh ini.
Matahari pagi pun telah bersinar, saya beserta teman-teman berencana mencari sebuah penginapan. Setelah mendapati penginapan saya langsung menuju pantai dan berfoto-foto disana. 












Hari berganti malam, saya dan teman-teman beristirahat untuk melakukan perjalanan untuk besok. Pagi hari pun menjelang, dengan keadaan yang sudah rapih kami memulai perjalanan menuju air terjun Cikaso yang terletak di daerah Surade. Untuk menuju kesana dibutuhkan waktu 1 jam. Biaya-biaya yang dikeluarkan saat disana sebagai berikut:
Biaya masuk menuju curug Cikaso Rp. 7.000
Biaya parkir mobil Rp. 5000
Biaya perahu untuk sampai ke curug Cikaso Rp. 60.000
Biaya masuk ke curug Cikaso Rp. 1000/orang
Untuk menuju air terjun tersebut saya menggunakan perahu untuk sampai ke tempat itu. Setelah sampai dan melihat langsung air terjun tersebut, saya melihat keindahan yang sangat luar biasa. Air terjun Cikaso terdiri dari tiga aliran air yang turun ke kolam penampungan dibawahnya dengan warna air yang biru kehijauan.



 




Sudah merasa puas bermain tempat ini, saya dan teman-teman memutuskan untuk kembali ke penginapan. Sesampainya disana saya dan teman saya bermain dipantai sampai matahari terbenam. Tidak terasa 2 hari sudah saya berada disini, waktunya saya dan teman-teman kembali kerumah untuk kembali berkumpul bersama keluarga.


Sabtu, 23 Maret 2013

KARANGAN NARASI, ALINEA DAN PERUBAHAN MAKNA



KARANGAN NARASI
Dalam Eksposisi telah dikemukakan, bahwa untuk menyajikan suatu analisa proses dapat pula dipergunakan teknik narasi. Narasi semacam ini dinamakan narasi eksposisi atau narasi teknis, karena sasaran yang ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang dideskripsikan. Jadi, sasarannya sama dengan eksposisi, yaitu memperluas pengetahuan orang. Narasi semacam ini dianggap sebagai suatu metode dalam eksposisi, seperti halnya dengan metode klasifikasi, metode definisi, dan lain sebagainya.
Di samping narasi ekspositoris, terdapat juga narasi yang lain yang disebut narasi sugeftif, sejajar dengan pembedaan antara deskripsi ekspositoris dan deskripsi sugestif. Seperti halnya dengan deskripsi sugestif yang ingin mencapai atau menciptakan sebuah kesan kepada para pembaca atau pendengar, maka narasi sugestif juga ingin menciptakan kesan pada para pembaca atau pendengar mengenai obyek narasi. Hal itu berarti, narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar.
Tetapi pembedaan antara narasi sugestif dan narasi ekspositoris di suatu pihak, dan perbandingannya dengan deskripsi sugestif dan deskripsi ekspositoris di pihak lain, belum memberi jawaban pada kita apa sebenarnya narasi itu. Bila deskripsi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu obyek sehingga obyek itu seolah olah berada di depan mata kepal pembaca, maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.
Tetapi kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur lain yang harus diperhitungkan , yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu obyek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Berdasarkan uraian di atas narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk rencana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu satuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”
Tetapi, seperti sudah dikemukakan di atas, antara kisah dan kisah selalu terdapat perbedaan, minimal yang menyangkut tujuan atau sasarannya. Ada narasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi eksposotoris. Tetapi di samping itu ada juga narasi yang disusun dan disajikan sekian macam, sehingga kita mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif. Dan antara kedua ekstrim ini terjalinlah bermacam-macam narasi dengan tingkat informasi yang semakin berkurang menuju tingkat daya khayal yang semakin bertambah.

ALINEA
1
       1. PENGERTIAN
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri atas kalimat-kalimat. Alinea tidak lain adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Alinea merupakan himpunan yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Oleh karena itu, pembentukan sebuah alinea sekurang – kurangnya mempunyai tujuan :
  •  Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. 
  • Meningkatkan konsentrasi terhadap tema alinea dengan memisahkan dan menegaskan perhatian secara wajar dan formal pada akhir kalimat

     2. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN ALINEA

Alinea yang baik dan efektif harus memenuhi syarat berikut :
  • Kesatuan : Semua kalimat yang mendukun alinea itu secara bersama-sama mendukung satu ide. 
  •  Koherensi : Kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea tersebut.
  • Pengembangan : Pengembangan ide/gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung. 
  •  Efektif : Disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bias diuraikan dengan tepat

      3. HUBUNGAN ANTAR KALIMAT

Seperti yang terdapat pada uraian di atas, kalimat-kalimat pembentuk alinea harus mengandung informasi yang saling berkaitan dengan kalimat lain. Hubungan antar kalimat dalam alinea bisaditandai dengan berbagai dengan penanda hubungan. Sifat hubungan tersebut bisa bersifat :
a. Eksplisit
1. Kata ganti tunjuk
Contoh : Saya ingin punya sepeda. Barang itu sudah lama kuimpikan.
2. Kata ganti orang
Contoh : Saya membenci Tika. Ia sangat egois.
3.    Kata perngkai
Contoh : Ibu tidak berangkat. Padahal beliau harus memimpin rapat.

b. Implisit
Contoh : Saya suka makan tape, saudara-saudara saya suka makan durian.
Disamping keterangan tentang sarana penghubung antarkalimat di atas, di bawah ini akan disampaikan contoh makna hubungan antara lain :
1.    Hubungan perlawanan
Contoh : Walaupun hidupnya sengsara, mereka tetap tabah.
2.    Hubungan perbandingan
Contoh : Hidupnya hanya untuk burung seolah-olah tak ada yang bisa memalingkannya dari sangkar burung di rumahnya.
  
4.    POLA PENGEMBANGAN ALINEA

Berdasarkan letak kalimat utamanya, alinea terbagi menjadi :
a. Alinea deduktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian awal kalimat
b. Alinea induktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir kalimat
c. Alinea campuran : Kalimat utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali pada bagian akhir
d. Alinea diskriptif : Kalimat utama yang tersirat pada seluruh kalimat di paragraph tersebut

PERUBAHAN MAKNA
    
      1. Pengertian
Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini : 

2. Macam-macam Perubahan Makna
  •  Menyempit/Spesialisasi
Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh : Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
  • Meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh : Petani dulu dipakai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
    
  •   Amelioratif
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Contoh : Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
    
  • Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Contoh : Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
  • e.    Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu”. Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar
  • f.     Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Contoh: Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.

sumber : http://fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-3/

MAJAS (GAYA BAHASA)


--->Cara pengungkapan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal den seintensif mungkin.

Macam-Macam Gaya Bahasa

A.  Gaya Bahasa Penegasan

1.  Alusio : adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.
Contoh:
- Dalam bergaul hendaknya kau waspada;
- Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja.
- Segala yang berkilau bukanlah berarti emas.
2. Antitesis : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.
Contoh:
Tinggi-rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.
3. Antiklimaks : adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.
Contoh:
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.
4.  Klimaks : adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.
Contoh:
Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibu kota, hari proklamasi ini dirayakan dengan meriah.
5.   Antonomasia : adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
Contoh:
Si Pelit den Si Centil sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung
6. Asindeton : adalah gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor semua dapat anda beli di toko itu.
7. Polisindeton : (kebalikan asindeton) gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh:
Buku tulis, majalah, dan surat-surat kantor dapat dibeli di toko itu.
8.  Elipsis : adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap), yakni kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan karena dianggap sudah diketahui oleh lawan bicara.
Contoh:
- "Kalau belum jelas, akan saya jelaskan lagi."
- "Saya khawatir, jangan-jangan dia ...."
9.  Eufemisme : adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata pantang (pamali, tabu), atau kata-kata yang kasar dan kurang sopan.
Contoh:
- Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran.
- Pegawai yang terbukti melakukan korupsi akan dinonaktifkan
10.Hiperbola : adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh:
- Suaranya mengguntur membelah angkasa.
- Air matanya mengalir menganak sungai.
11.Interupsi : adalah gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
Contoh:
Saya, kalau bukan karena terpaksa, tak mau bertemu dengan dia lagi.
12.Inversi : adalah gaya bahasa dengan menggunakan kalimat inversi, yakni kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
Contoh:
Pergilah ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari harapan baru di kota.
13.Koreksio : adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).
Contoh: Setelah acara ini selesai, silakan Saudara-Saudara pulang, eh maaf silakan Saudara-Saudara mencicipi hidangan yang telah tersedia.
14.Metonimia : adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang didasarkan pada merek dagang, nama pabrik, nama penemu, dun lain sebagainya.
Contoh:
- Ayah pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
- Udin mengisap Gentong, Husni mengisap Gudang Garam.
15.Paralelisme : adalah gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora.
Contoh Anafora :
- Sunyi itu duka
- Sunyi itu kudus
- Sunyi itu lupa
- Sunyi itu lampus
Contoh Epifora :
- Rinduku hanya untukmu
- Cintaku hanya untukmu
- Harapanku hanya untukmu
16.Pleonasmse : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.
Contoh:
- Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Tono berkelahi di tempat itu.
- Dia maju dua langkah ke depan.
17.Parafrase : adalah gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misal, pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan gila harta benda.
Contoh:
"Pagi-pagi Ali pergi ke sawah." dijadikan "Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung Pak Sastra itu melangkahkan kakinya ke sawah."
18.Repetisi : adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.
Contoh:
- Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang.
- Sekali merdeka, tetap merdeka!
19.Retoris : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya.
Contoh:
Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan?
Inikah yang kau namakan kerja?
20.Sinekdoke : gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu :
(a) Pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan) dan
(b) Totem pro parte (keseluruhan untuk sebagian).
Pars pro Toto adalah gaya babasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh:
Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp1.000,00.
Sudah lama ditunggu-tunggu, belum tampak juga batang hidungnya.
Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Contoh:
Cina mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan Piala Thomas.
21.Tautologi : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
Contoh:
- Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan.
- Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.

B.  Gaya Bahasa Perbandingan

1.  Alegori : ialah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.
Contoh:
Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudra kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang.
2.  Litotes : adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh:
- Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu.
- Silakan, jika kebetulan lewat, Saudara mampir ke pondok saya.
3.  Metafora : adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.
Contoh:
- Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama.
- Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi musuh.
4. Personifikasi atau penginsanan : adalah gaya babasa perbandingan. Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dibandingkan dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.
 Contoh:
- Bunyi lonceng memanggil-manggil siswa untuk segera masuk kelas.
- Nyiur melambai-lambai di tepi pantai
5. Simile : adalah gaya bahasa perbandingan yang mempergunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dan lain sebagainya) dengan demikian pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh:
- Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
- Wajahnya seperti rembulan.
6. Simbolik : adalah gaya, bahasa kiasan, mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Misal, bunglon lambang manusia yang tidak jelas pendiriannya; lintah darat lambang manusia pemeras; kamboja lambang kematian.
Contoh:
Janganlah kau menjadi bunglon!
7.  Tropen : adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan.
Contoh:
- Seharian ia berkubur di dalam kamarnya.
- Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.

C.  Gaya Bahasa Pertentangan

1.  Anakronisme : adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Misalnya menyebutkan sesuatu yang belum ada pada suatu zaman.
Contoh:
Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah.
2. Kontradiksio in terminis : adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.
Contoh:
Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik.
3.  Okupasi : adalah gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan dan penjelasan.
Contoh:
-Sebelumnya dia sangat baik, tetapi sekarang menjadi berandal karena tidak ada perhatian dari orang tuanya.
-Ali sebenarnya bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melebihi kawan sekolahnya, dia mendapat nilai paling tinggi.
4.  Paradoks : adalah gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh:
- Dengan kelemahannya, wanita mampu menundukkan pria.
- Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.

D.  Gaya Bahasa Sindiran

1.  Inuendo : adalah gaya bahasa sindiran yang mempergunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Contoh:
la menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.
2. Ironi : adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud pembicara.
Contoh:
Eh, manis benar teh ini. (maksudnya: pahit).
3. Sarkasme : adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.
Contoh:
- Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet!
- Dasar goblok, sudah berkali-kali diberi tahu, tetap saja tidak mengerti!
4.  Sinisme : adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.
Contoh :
Hai, harum benar baumu. Tolong agak menyisih sedikit!

E.  Gaya Bahasa Perulangan    

1.  Aliterasi : adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
Keras kepala, keras hati, sekaligus keras adat.
2. Anafora : gaya bahasa yang berwujud perulangan kata pertama dari kalimat pertama menjadi kata pertama dalam kalimat selanjutnya.
Contoh:
Hak asasi manusia merupakan hak mutlak yang wajib kita junjung tinggi dalam membangun bangsa dan negara. Hak asasi manusia itulah yang sekarang menjadi topik utama dunia internasional.

sumber : http://tunggara.wordpress.com/2012/02/23/kumpulan-materi-bahasa-indonesia/