KARANGAN NARASI
Dalam
Eksposisi telah dikemukakan, bahwa untuk menyajikan suatu analisa proses dapat
pula dipergunakan teknik narasi. Narasi semacam ini dinamakan narasi eksposisi
atau narasi teknis, karena sasaran yang ingin dicapai adalah ketepatan
informasi mengenai suatu peristiwa yang dideskripsikan. Jadi, sasarannya sama
dengan eksposisi, yaitu memperluas pengetahuan orang. Narasi semacam ini
dianggap sebagai suatu metode dalam eksposisi, seperti halnya dengan metode
klasifikasi, metode definisi, dan lain sebagainya.
Di samping
narasi ekspositoris, terdapat juga narasi yang lain yang disebut narasi
sugeftif, sejajar dengan pembedaan antara deskripsi ekspositoris dan deskripsi
sugestif. Seperti halnya dengan deskripsi sugestif yang ingin mencapai atau
menciptakan sebuah kesan kepada para pembaca atau pendengar, maka narasi
sugestif juga ingin menciptakan kesan pada para pembaca atau pendengar mengenai
obyek narasi. Hal itu berarti, narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar.
Tetapi
pembedaan antara narasi sugestif dan narasi ekspositoris di suatu pihak, dan
perbandingannya dengan deskripsi sugestif dan deskripsi ekspositoris di pihak
lain, belum memberi jawaban pada kita apa sebenarnya narasi itu. Bila deskripsi
merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya
suatu obyek sehingga obyek itu seolah olah berada di depan mata kepal pembaca,
maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada
sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.
Tetapi kalau
narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka
tampak bahwa narasi sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu peristiwa atau
suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Sebab
itu, mesti ada unsur lain yang harus diperhitungkan , yaitu unsur waktu. Dengan
demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau
tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak
lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh
dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu obyek secara
statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu
rangkaian waktu.
Berdasarkan
uraian di atas narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk rencana yang sasaran
utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu satuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan
dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Narasi
berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”
Tetapi,
seperti sudah dikemukakan di atas, antara kisah dan kisah selalu terdapat
perbedaan, minimal yang menyangkut tujuan atau sasarannya. Ada narasi yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya
bertambah luas, yaitu narasi eksposotoris. Tetapi di samping itu ada juga
narasi yang disusun dan disajikan sekian macam, sehingga kita mampu menimbulkan
daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para
pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi
sugestif. Dan antara kedua ekstrim ini terjalinlah bermacam-macam narasi dengan
tingkat informasi yang semakin berkurang menuju tingkat daya khayal yang
semakin bertambah.
ALINEA
1
1. PENGERTIAN
Alinea
bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri atas
kalimat-kalimat. Alinea tidak lain adalah suatu kesatuan pikiran, suatu
kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Alinea merupakan
himpunan yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Oleh karena itu, pembentukan sebuah alinea sekurang – kurangnya mempunyai
tujuan :
- Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain.
- Meningkatkan konsentrasi terhadap tema alinea dengan memisahkan dan menegaskan perhatian secara wajar dan formal pada akhir kalimat
2. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN ALINEA
Alinea yang
baik dan efektif harus memenuhi syarat berikut :
- Kesatuan : Semua kalimat yang mendukun alinea itu secara bersama-sama mendukung satu ide.
- Koherensi : Kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea tersebut.
- Pengembangan : Pengembangan ide/gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung.
- Efektif : Disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bias diuraikan dengan tepat
3. HUBUNGAN ANTAR KALIMAT
Seperti yang
terdapat pada uraian di atas, kalimat-kalimat pembentuk alinea harus mengandung
informasi yang saling berkaitan dengan kalimat lain. Hubungan antar kalimat
dalam alinea bisaditandai dengan berbagai dengan penanda hubungan. Sifat
hubungan tersebut bisa bersifat :
a. Eksplisit
1. Kata ganti
tunjuk
Contoh : Saya
ingin punya sepeda. Barang itu sudah lama kuimpikan.
2. Kata ganti
orang
Contoh : Saya
membenci Tika. Ia sangat egois.
3. Kata perngkai
Contoh : Ibu
tidak berangkat. Padahal beliau harus memimpin rapat.
b. Implisit
Contoh : Saya
suka makan tape, saudara-saudara saya suka makan durian.
Disamping
keterangan tentang sarana penghubung antarkalimat di atas, di bawah ini akan disampaikan
contoh makna hubungan antara lain :
1. Hubungan perlawanan
Contoh : Walaupun
hidupnya sengsara, mereka tetap tabah.
2. Hubungan
perbandingan
Contoh : Hidupnya
hanya untuk burung seolah-olah tak ada yang bisa memalingkannya dari sangkar
burung di rumahnya.
4. POLA PENGEMBANGAN ALINEA
Berdasarkan letak kalimat utamanya, alinea terbagi menjadi :
a. Alinea
deduktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian awal kalimat
b. Alinea
induktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir kalimat
c. Alinea
campuran : Kalimat utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali pada bagian
akhir
d. Alinea
diskriptif : Kalimat utama yang tersirat pada seluruh kalimat di paragraph
tersebut
PERUBAHAN MAKNA
1. Pengertian
Dalam
perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan
tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak,
dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada
bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :
2. Macam-macam
Perubahan Makna
- Menyempit/Spesialisasi
Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah
kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi
penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh : Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan
dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan
yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu
tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
- Meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian
menyempit.
Contoh : Petani dulu dipakai untuk seseorang yang
bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang
kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian
petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani
meluas penggunaannya.
- Amelioratif
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik,
kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung
pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Contoh : Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
Contoh : Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
- Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa
kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Contoh : Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
Contoh : Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
- e. Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah
kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita
mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu”. Tukang catut dalam
kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan
kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar
- f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan
antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Contoh: Gadis itu berwajah manis. Kata manis
mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi
bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar,
sejuk, dan sebagainya.
sumber : http://fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-3/
sumber : http://fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-3/
0 komentar:
Posting Komentar