i
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
TINJAUAN UMUM
1.1. Latar Belakang
Ditengah masih melesunya perekonomian dunia akibat badai krisis
financial yang menghantam ekonomi dunia sejak akhir tahun 2008 hingga
pertengahan tahun 2009, Indonesia merupakan salah
satu dari tiga negara dikawasan Asia Pasifik yang mampu bertahan dari hantaman
badai krisis tersebut. Kala hampir seluruh negara di Asia mencatat pertumbuhan
ekonomi negatif akibat krisis global, China, India dan Indonesia justru
mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif, serta memiliki prospek ekonomi yang
menjanjikan.
Meskipun prospek perekonomian negara maju masih suram,secara keseluruhan perekonomian Indonesia tahun 2009 bergerak lepas dari
berbagai permasalahan ekonomi dunia dan mencatat pertumbuhan ekonomi 4,5
persen. Angka
tersebut cukup meyakinkan ditengah melesunya perekonomian global.
Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional, pada tahun 2009 Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu kontributor utama
terhadap perekonomian nasional pun mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2009 perekonomian
Jawa Barat tumbuh 4,29 persen, sedikit melambat
bila dibandingkamn dengan tahun sebelumnya yang mencapai 5,83 persen.
Demikian pula dengan Kabupaten Sumedang yang
merupakan salah satu daerah yang cukup memberikan kontribusi terhadap perekonomian JawaBarat. Pada tahun
2009 perekonomian Kabupaten Sumedang tumbuh 4,76 persen.
Pertumbuhan yang cukup tinggi bila dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 4,58 persen dan melebihi pertumbuhan ekonomi yang dicapai Jawa Barat maupun nasional. Trend laju pertumbuhan
ekonomi Sumedang cenderung menunjukan peningkatan yang positif dari tahun
ketahun. Peningkatan tersebut merupakan hasil kerjasama yang terus dibangun.
1
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh berbagai
stakeholder daerah terbaik dalam kerangka kelembagaan politik maupun peran
aktif dunua swasta dan masyarakat secara langsung.
Disamping itu, dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu sasaran pembangunan daerah diperlukan
keterpaduan gerak langkah pembangunan dari berbagai pihak secara sinergis,
kondusif dan berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam setiap proses pembangunan masih terbentur oleh berbagai macam kendala yang perlu diantisipasi. Untuk mengantisipasi kendala – kendala tersebut dan guna mendukung visi dan misi
Kabupaten Sumedang diperlukan data dan informasi
statistik yang akurat dan berkesinambungan.
Data dan informasi ini, khususnya data ekonomi makro dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan perencanaan dimasa yang akan datang.
Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan kinerja perekonomian regional, maka dibuat indikator makro yang biasa digunakan sebagai penilaian kinerja perekonomian. Indikator
tersebut diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini dapat menggambarkan pertumbuhan
ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dapat menggambarkan struktur
ekonominya dan dapat menggambarkan analisisnya
terhadap kinerja sektor perekonomian.
1.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional/PDRB
PDRB sebagai indikator ekonomi makro dapat dimanfaatkan sebagai :
- PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar.
- PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
- PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun.
2
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor
ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor – sektor ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi perekonomian wilayah tersebut.PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk (pendapatan per kapita).
3
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
METODOLOGI
2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
produksi didalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu,
biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan kepemilikan.
2.2. Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB
Pendekatan penyusunan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak
langsung. Yang dimaksud metode langsung
adalah metode penghitungan dengan
menggunakan data yang bersumber dari
data dasar masing masing daerah. Metode langsung
tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan 3 macam
pendekatan yaitu:
- Pendekatan produksi (Production Approach),
- Pendekatan pendapatan (Income Approach), dan
- Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach). Metode tidak langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDRB propinsi ke kabupaten / kota dengan memakai berbagai macam indikator produksi atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator.
2.2.1. Pendekatan Produksi
Pendekatan dari segi produksi
adalah menghitung nilai tambah
dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing - masing nilai produksi bruto tiap – tiap sektor atau subsektor.
2.2.2. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah
dari setiap kegiatan ekonomi dihitung
dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji,
surplus usaha, penyusutan dan pajak
tak langsung neto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari
untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus
usaha disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan kotor.
4
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2.2.3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran
bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa di dalam suatu wilayah. Jadi produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menghitung berbagai
komponen pengeluaran akhir yang membentuk
produk domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai cara
sebagai berikut:
- Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran
- Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan & pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik luar negeri pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen – komponen permintaan akhir seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan perdagangan antar wilayah (termasuk ekspor dan impor antar negara).
2.3. Pendapatan Regional
Istilah Pendapatan Regional merupakan sebutan yang lebih populer dalam publikasi
PDRB. Namun dalam kenyataannya,
pendapatan regional sulit untuk
dihitung mengingat sukarnya mendeteksi arus pendapatan yang mengalir antar regional / propinsi. Oleh karena keterbatasan tersebut, maka yang sering atau umum dipakai adalah Produk Domestik Regional Netto (PDRN).
PDRN Atas Biaya Faktor
Produksi merupakan PDRB setelah dikeluarkan
biaya penyusutan barang-barang modal karena aus akibat digunakan dalam proses produksi, dan pajak tidak langsung netto (pajak setelah dikurangi subsidi
pemerintah).
5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB VI
PENUTUP
Dari uraian hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan :
- PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sumedang mengalami kenaikan 8,61 persen yaitu dari Rp. 10.300,94 milyar tahun 2008 menjadi Rp. 11.188,17 milyar tahun 2009.
- Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Sumedang tahun 2009 mencapai 4,76 persen.
- Kabupaten Sumedang merupakan wilayah dengan struktur pertanian karena masih merupakan daerah dengan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Sumedang. Perkembangan struktur ekonomi tersebut cukup stabil dari tahun ke tahun.
- Pendapatan per kapita meningkat dari Rp. 9.537.953,83 tahun 2008 menjadi Rp. 10.238.008,66 tahun 2009 atau naik 7,34 persen.
- Indeks implisit meningkat dari 200,53 tahun 2008 menjadi 207,90 tahun 2009 sehingga diperoleh laju inflasi PDRB 3,68 persen pada tahun 2009.
6
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LAMPIRAN
INDEKS IMPLISIT PDRB KABUPATEN SUMEDANG MENURUT
LAPANGAN USAHA TAHUN 2005 – 2009
LAPANGAN USAHA TAHUN 2005 – 2009
( PERSEN )
7
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
8
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka